Selasa, 17 Januari 2012

Kisah Si pohon

Alkisah ada sebuah pohon yang tumbuh di pekarangan belakang sebuah rumah. Anak pemilik rumah tsb, selalu bermain2 bersama si pohon. Bercengkrama, berayun2, mengukir nama di pohon tsb, hari2 dilewati dgn ceria.
Si pohon tersenyum dan senang bersama si anak sepanjang waktu.
Kemudian ketika musim berbuah, si anak meminta buah2 yg berjatuhan dari si pohon, "kumpulkanlah nak, makanlah selagi manis. Bagikan pada teman2mu" kata si pohon sambil tersenyum. Maka si anak pun senang.

Hingga si anak tumbuh remaja dan tidak kembali bermain bersama pohon. Saat sedang sedih menjalani hari sepi, di musim salju yang lebat, bermantelkan tebal si anak datang meminta dedaunan tuk perapian. "petiklah daunku, maaf hanya tersisa sedikit di musim ini, kau juga boleh ambil ranting2 q utk kau bakar", kata si pohon sambil sedikit cemas melihat si anak yg pucat. maka si anak pun melaksanakannya dan menyalakan perapian tuk menghangatkan diri.
Hari terus berlalu, begitu lama. Si pohon hanya terdiam melewati hari yang sunyi. Senyum kembali terkembang, ketika ia melihat si anak yang kini telah dewasa, mendatanginya. Ia meminta kayu utk membangun rumah keluarganya. "tebanglah kayu q, aq masih cukup besar dan kuat tuk dijadikan rumahmu" kata si pohon sambil tersenyum gembira bisa melihat si anak. Maka si anak menebang pohon, tersebut dan menyisakan setengah badan pohon. Si pohon senang dgn niat si anak menyisakan setengah badannya agar dapat tumbuh kembali, meskipun kenyataannya ia tidak dapat tumbuh lagi karena si pohon sudah tua.
Setelah membangun rumah, si anak dewasa menghabiskan hidup tuk bekerja dan bersama keluarga, si pohon hanya bisa memandang dari kejauhan, dan tersenyum meski ia sedih karena kesepian.
Hari pun berlalu, si anak yg sudah paruh baya menghampiri si pohon. Senangnya pohon ketika mengetahui si anak mendatanginya. Rupanya si anak ingin menebang sisa setengah badan pohon tuk dijadikan rakit, ia ingin berkeliling menghabiskan masa tuanya. Sambil tersenyum dan terharu, si pohon berkata, "tebanglah kayu q, dan buatkan rakit yang kuat. Jangan lupa bawa uang dan bekal yang cukup". Maka si anak menebang sisa pohon dan membuat rakit, meninggalkan rumah dan pergi selamanya.
Kini, si pohon yang gagah perkasa hanya tinggal seonggok tunggul pohon tua. Ketika ia sedang menatap langit biru, datanglah seorang tua yg masih ia kenali, ternyata si anak yang sudah begitu renta. Ia meminta sesuatu dari pohon, namun segera dijawab, "aku senang kamu kembali. Tapi aku sudah tidak punya apa2 untukmu. Kini, aq hanya sebongkah tunggul tua" lalu si anak yang sudah lanjut usia menjawab, "Terima kasih, kau sudah menemani hidup q dan sangat membantu q. Tapi aku sudah tidak punya gigi tuk mengigit buahmu, tak punya tenaga membangun rumah, tak sanggup lagi berlayar keliling dunia. Aku hanya butuh tempat bersandar, menghabiskan masa tua ku di hari yang cerah ini". Lantas, si pohon bahagia dan menitikkan air mata, ia menyodorkan dirinya sendiri utk menjadi sandaran si anak, ya tunggul pohon adalah tempat bersandar yang sngat nyaman. Maka si anak pun menghabiskan hari tua bersama si pohon.

Ini bukan tentang memberi dan menerima, ini adalah tentang cinta, ketulusan hati dan keikhlasan. Kasih si pohon selayaknya kasih orang tua pada anaknya. Maka, syukurilah, setidaknya masih ada cinta disekeliling kita. Hadapi kenyataan pahit hidup, namun akan ada manis yang dapat kita rasakan nanti.

Semoga kisah si pohon, bisa menjadi renungan teman2.
helmku.com

0 komentar:

Posting Komentar